Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang berlaku sejak 22 Juni 2013 silam belum terasa signifikan terhadap inflasi Juni 2013. Menurut ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk Wisnu Wardana dampak kenaikan harga premium dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.500 per liter serta harga solar dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 per liter baru akan terasa pada inflasi Juli 2013.
"Dampaknya belum selesai. Bulan Juli, dampaknya akan lebih besar," ujar Wisnu kepada ROL, Senin (1/7). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Juni 2013 sebesar 1,03 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender tercatat 3,35 persen dan inflasi year on year sebesar 5,90 persen.
Menurut Wisnu, pemerintah harus bekerja keras agar target inflasi sebesar 7,2 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 dapat tercapai. Terlebih, CIMB Niaga memperkirakan, kenaikan harga BBM akan mengerek inflasi ke kisaran 8,3 persen sampai 8,6 persen pada akhir tahun.
Pemerintah, kata Wisnu, perlu mengendalikan suplai dan distribusi bahan makanan. Hal ini disebabkan komponen tersebut adalah penyumbang terbesar inflasi. Kemudian, selain makanan, Wisnu menyebut pentingnya tarif angkutan segera ditetapkan. "Kalau tidak cepat, tarif bisa liar," ujar Wisnu.
Dari sisi perbankan, Wisnu mengatakan Bank Indonesia perlu menaikkan kembali tingkat suku bunga acuan (BI rate) sebesar 50 sampai 75 basis poin. Ini mengingat ekspektasi inflasi sampai Juni 2013 terlihat cukup besar. Wisnu meyakini BI lebih mengetahui dan memahami kapan BI rate harus dinaikkan.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui tingkat inflasi Juni sudah mulai tinggi. Pada Juli nanti, Chatib meyakini inflasi akan lebih tinggi. Namun, inflasi akan mulai mengalami penurunan pada Agustus dan September. Dengan demikian target inflasi dalam APBN-P 2013 bisa tercapai.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan BKF telah memprediksi dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi tidak terlihat pada Juni 2013. Meskipun demikian, inflasi masih tetap tinggi sampai Agustus 2013.
"Dampaknya belum selesai. Bulan Juli, dampaknya akan lebih besar," ujar Wisnu kepada ROL, Senin (1/7). Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Juni 2013 sebesar 1,03 persen. Dengan demikian, inflasi tahun kalender tercatat 3,35 persen dan inflasi year on year sebesar 5,90 persen.
Menurut Wisnu, pemerintah harus bekerja keras agar target inflasi sebesar 7,2 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2013 dapat tercapai. Terlebih, CIMB Niaga memperkirakan, kenaikan harga BBM akan mengerek inflasi ke kisaran 8,3 persen sampai 8,6 persen pada akhir tahun.
Pemerintah, kata Wisnu, perlu mengendalikan suplai dan distribusi bahan makanan. Hal ini disebabkan komponen tersebut adalah penyumbang terbesar inflasi. Kemudian, selain makanan, Wisnu menyebut pentingnya tarif angkutan segera ditetapkan. "Kalau tidak cepat, tarif bisa liar," ujar Wisnu.
Dari sisi perbankan, Wisnu mengatakan Bank Indonesia perlu menaikkan kembali tingkat suku bunga acuan (BI rate) sebesar 50 sampai 75 basis poin. Ini mengingat ekspektasi inflasi sampai Juni 2013 terlihat cukup besar. Wisnu meyakini BI lebih mengetahui dan memahami kapan BI rate harus dinaikkan.
Menteri Keuangan Chatib Basri mengakui tingkat inflasi Juni sudah mulai tinggi. Pada Juli nanti, Chatib meyakini inflasi akan lebih tinggi. Namun, inflasi akan mulai mengalami penurunan pada Agustus dan September. Dengan demikian target inflasi dalam APBN-P 2013 bisa tercapai.
Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan BKF telah memprediksi dampak kenaikan harga BBM terhadap inflasi tidak terlihat pada Juni 2013. Meskipun demikian, inflasi masih tetap tinggi sampai Agustus 2013.
Selain dampak langsung kenaikan harga BBM, ujar Bambang, terdapat juga faktor musiman. "Target masih yakin terjaga sampai akhir tahun," kata Bambang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar